Rabu, 24 April 2013

antropologi BAB 5 KEBUDAYAAN



Kebudayaan

A. Definisi Kebudayaan
Kebudayaan dalam bahasa Inggris disebut culture. Kata tersebut sebenarnya berasal dari bahasa Latin = colere yang berarti pemeliharaan, pengolahan tanah menjadi tanah pertanian. Dalam arti kiasan kata itu diberi arti “pembentukan dan pemurnian jiwa”. Sedangkan kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu kata buddayah. Kata buddayah berasal dari kata budhi atau akal. Manusia memiliki unsur-unsur potensi budaya yaitu pikiran (cipta), rasa dan kehendak (karsa). Hasil ketiga potensi budaya itulah yang disebut kebudayaan. Dengan kata lain kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dengan cipta manusia mengembangkan kemampuan alam pikir yang menimbulkan ilmu pengetahuan. Dengan rasa manusia menggunakan panca inderanya yang menimbulkan karya-karya seni atau kesenian. Dengan karsa manusia menghendaki kesempurnaan hidup, kemuliaan dan kebahagiaan sehingga berkembanglah kehidupan beragama dan kesusilaan.

Pendapat Para Ahli Tentang Kebudayaan :
Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski :
segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Andreas Eppink :
kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian,
nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Edward B. Tylor :,
kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi :
kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Menurut Ki Hajar Dewantara:
“Kebudayaan adalah buah budi manusia dalam hidup bermasyarakat” sedangkan menurut Koentjaraningrat, guru besar Antropologi di Universitas Indonesia: “Kebudayaan adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar”.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu :
sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Adapun point utama yang harus dipenuhi oleh konsep kebudayaan adalah :
kebudayaan itu hanya dimiliki oleh masyarakat manusia;
kebudayaan itu tidak diturunkan secara biologis melainkan diperoleh melalui proses belajar; dan
kebudayaan itu didapat, didukung dan diteruskan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
B. Unsur – Unsur Kebudayaan
Kebudayaan umat manusia mempunyai unsur-unsur yang bersifat universal. Unsur-unsur kebudayaan tersebut dianggap universal karena dapat ditemukan pada semua kebudayaan bangsa-bangsa di dunia. 1. Menurut Koentjaraningrat ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu: a. Sistem religi yang meliputi:
sistem kepercayaan
sistem nilai dan pandangan hidup
komunikasi keagamaan
upacara keagamaan
b. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi:
kekerabatan
asosiasi dan perkumpulan
sistem kenegaraan
sistem kesatuan hidup
perkumpulan
c. Sistem pengetahuan meliputi pengetahuan tentang:
flora dan fauna
waktu, ruang dan bilangan
tubuh manusia dan perilaku antar sesama manusia
d. Bahasa yaitu alat untuk berkomunikasi berbentuk:
lisan
tulisan
e. Kesenian yang meliputi:
seni patung/pahat
relief
lukis dan gambar
rias
vokal
musik
bangunan
kesusastraan
drama
f. Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi yang meliputi:
berburu dan mengumpulkan makanan
bercocok tanam
peternakan
perikanan
perdagangan
g. Sistem peralatan hidup atau teknologi yang meliputi:
produksi, distribusi, transportasi
peralatan komunikasi
peralatan konsumsi dalam bentuk wadah
pakaian dan perhiasan
tempat berlindung dan perumahan
senjata
2.
Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
alat-alat teknologi
sistem ekonomi
keluarga
kekuasaan politik
3.
Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
sistem
norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
organisasi ekonomi
alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
organisasi kekuatan (politik)
C. Wujud dan komponen
C.1 Wujud
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
Gagasan(Wujud ideal)Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
Aktivitas (tindakan)Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling
berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
Artefak(karya)Artefak adalah wujud kebudayaan
fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
C.2 Komponen
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:
Kebudayaan materialKebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
Kebudayaan nonmaterialKebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional




D. Hubungan antara unsur-unsur kebudayaan
Komponen-komponen atau unsur-unsur utama dari kebudayaan antara lain:
a. Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)
Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan.
Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian. Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu:
alat-alat produktif
senjata
wadah
alat-alat menyalakan
api
makanan
pakaian
tempat berlindung dan perumahan
alat-alat
transportasi
b. Sistem mata pencaharian hidup
Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya:
berburu dan meramu
beternak
bercocok tanam di
ladang
menangkap
ikan
c. Sistem kekerabatan dan organisasi sosial
Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. M. Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu
masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral. Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
d. Bahasa
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.
Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi,
berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuna, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
e. Kesenian
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat
manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.
f. Sistem kepercayaan
Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik
manusia dalam menguasai dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.
Agama dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama (
bahasa Inggris: Religion, yang berasar dari bahasa Latin religare, yang berarti "menambatkan"), adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia. Dictionary of Philosophy and Religion (Kamus Filosofi dan Agama) mendefinisikan Agama sebagai berikut:
... sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama untuk beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagiaan sejati
Agama biasanya memiliki suatu prinsip, seperti "10 Firman" dalam agama Kristen atau "5 rukun Islam" dalam agama Islam. Kadang-kadang agama dilibatkan dalam sistem pemerintahan, seperti misalnya dalam sistem
teokrasi. Agama juga mempengaruhi kesenian.
Agama Ibrahim (Agama Tauhid)
Yahudi adalah salah satu agama yang —jika tidak disebut sebagai yang pertama— tercatat sebagai agama
monotheistik dan salah satu agama tertua yang masih ada sampai sekarang. Nilai-nilai dan sejarah umat Yahudi adalah bagian utama dari agama Ibrahim lainnya, seperti Kristen dan Islam.
Kristen adalah salah satu agama penting yang berhasil mengubah wajah kebudayaan Eropa dalam 1.700 tahun terakhir. Pemikiran para filsuf modern pun banyak terpengaruh oleh para filsuf
Kristen semacam St. Thomas Aquinas dan Erasmus.
Sementara itu, nilai dan norma agama Islam banyak mempengaruhi kebudayaan
Timur Tengah dan Afrika Utara, dan juga sebagian wilayah Asia Tenggara.
Filosofi dan Agama dari Timur
Filosopi dan Agama seringkali saling terkait satu sama lain pada kebudayaan Asia. Agama dan filosofi di Asia kebanyakan berasal dari India dan China dan menyebar disepanjang benua Asia melalui difusi kebudayaan dan
migrasi.
Hinduisme adalah sumber dari Buddhisme, cabang Mahāyāna yang menyebar di sepanjang utara dan timur India sampai Tibet, China, Mongolia, Jepang dan Korea dan China selatan sampai Vietnam. Theravāda Buddhisme menyebar di sekitar Asia Tenggara, termasuk Sri Lanka, bagian barat laut China, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Thailand.
Agama
Hindu dari India, mengajarkan pentingnya elemen nonmateri sementara sebuah pemikiran India lainnya, Carvaka, menekankan untuk mencari kenikmatan di dunia.
Konghucu dan Taoisme, dua filosofi yang berasal dari
China, mempengaruhi baik religi, seni, politik, maupun tradisi filosofi di seluruh Asia.
Pada abad ke-20, di kedua negara berpenduduk paling padat se-Asia, dua aliran filosofi politik tercipta.
Mahatma Gandhi memberikan pengertian baru tentang Ahimsa, inti dari kepercayaan Hindu maupun Jaina, dan memberikan definisi baru tentang konsep antikekerasan dan antiperang. Pada periode yang sama, filosofi komunisme Mao Zedong menjadi sistem kepercayaan sekuler yang sangat kuat di China.
Agama tradisional
Agama tradisional, atau terkadang disebut sebagai "agama nenek moyang", dianut oleh sebagian suku pedalaman di
Asia, Afrika, dan Amerika. Pengaruh bereka cukup besar; mungkin bisa dianggap telah menyerap kedalam kebudayaan atau bahkan menjadi agama negara, seperti misalnya agama Shinto. Seperti kebanyakan agama lainnya, agama tradisional menjawab kebutuhan rohani manusia akan ketentraman hati di saat bermasalah, tertimpa musibah, tertimpa musibah dan menyediakan ritual yang ditujukan untuk kebahagiaan manusia itu sendiri.
"American Dream"
American Dream, atau "mimpi orang Amerika" dalam bahasa Indonesia, adalah sebuah kepercayaan, yang dipercayai oleh banyak orang di Amerika Serikat. Mereka percaya, melalui kerja keras, pengorbanan, dan kebulatan tekad, tanpa memperdulikan status sosial, seseorang dapat mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Gagasan ini berakar dari sebuah keyakinan bahwa Amerika Serikat adalah sebuah "kota di atas bukit" (atau city upon a hill"), "cahaya untuk negara-negara" ("a light unto the nations"), yang memiliki nilai dan kekayaan yang telah ada sejak kedatangan para penjelajah Eropa sampai generasi berikutnya.
Pernikahan
Ø Agama sering kali mempengaruhi pernikahan dan perilaku seksual. Kebanyakan gereja Kristen memberikan semacam pemberian berkah kepada orang yang menikah; gereja biasanya memasukkan acara pengucapan janji pernikahan dihadapan tamu, sebagai bukti bahwa komunitas tersebut menerima pernikahan mereka. Orang Kristen juga melihat hubungan antara Yesus Kristus dengan gerejanya.
Gereja Katolik Roma mempercayai bahwa sebuah perceraian adalah salah, dan orang yang bercerai tidak dapat dinikahkan kembali di gereja. Sementara Agama Islam memandang pernikahan sebagai suatu kewajiban. Islam menganjurkan untuk tidak melakukan perceraian, namun memperbolehkannya.
g. Sistem ilmu dan pengetahuan
Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan.
Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error).
Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi :
pengetahuan tentang
alam
pengetahuan tentang
tumbuh-tumbuhan dan hewan di sekitarnya
pengetahuan tentang tubuh
manusia, pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku sesama manusia
pengetahuan tentang
ruang dan waktu



E. Penetrasi (Difusi) Kebudayaan
Perubahan sosial budaya, ditinjau dari pahan non linearisme, dapat terjadi bila sebuah kebudayaan melakukan kontak dengan kebudayaan asing (penetrasi ) atau karena gejala alam (lingkungan). Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi perubahan sosial :
tekanan kerja dalam masyarakat
keefektifan komunikasi
perubahan lingkungan alam.
Perubahan karena alam lingkungan :
Perubahan budaya juga dapat timbul akibat timbulnya perubahan lingkungan masyarakat, penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan lain. Sebagai contoh, berakhirnya
zaman es berujung pada ditemukannya sistem pertanian, dan kemudian memancing inovasi-inovasi baru lainnya dalam kebudayaan.
Perubahan Karena Pengaruh Kebudayaan Lain :
Penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya, umumny amenjadi penyebab utama terjadinya perubahan sosial budaya non alami Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:
Penetration pasipique
Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia. Penerimaan kedua macam kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat.Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau sintesis.
Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India. Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru. Sedangkan sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.
Penetration violante
Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya, masuknya kebudayaan
Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyarakat.
Terbentuknya Sub Kebudayaan
Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki
sub-kebudayaan (atau biasa disebut sub-kultur), yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan kepercayaan dari kebudayaan induknya. Munculnya sub-kultur disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya karena perbedaan umur, ras, etnisitas, kelas, aesthetik, agama, pekerjaan, pandangan politik dan gender. Ada beberapa cara yang dilakukan masyarakat ketika berhadapan dengan imigran dan kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan asli. Cara yang dipilih masyarakat tergantung pada seberapa besar perbedaan kebudayaan induk dengan kebudayaan minoritas, seberapa banyak imigran yang datang, watak dari penduduk asli, keefektifan dan keintensifan komunikasi antar budaya, dan tipe pemerintahan yang berkuasa.
Monokulturalisme: Pemerintah mengusahakan terjadinya asimilasi kebudayaan sehingga masyarakat yang berbeda kebudayaan menjadi satu dan saling bekerja sama.
Leitkultur (kebudayaan inti): Sebuah model yang dikembangkan oleh Bassam Tibi di Jerman. Dalam Leitkultur, kelompok minoritas dapat menjaga dan mengembangkan kebudayaannya sendiri, tanpa bertentangan dengan kebudayaan induk yang ada dalam masyarakat asli.
Melting Pot: Kebudayaan imigran/asing berbaur dan bergabung dengan kebudayaan asli tanpa campur tangan pemerintah.
Multikulturalisme: Sebuah kebijakan yang mengharuskan imigran dan kelompok minoritas untuk menjaga kebudayaan mereka masing-masing dan berinteraksi secara damai dengan kebudayaan induk.
G. Peradaban
Istilah peradaban dalam bahasa Inggris disebut Civilization. Istilah peradaban sering dipakai untuk menunjukkan pendapat dan penilaian kita terhadap perkembangan kebudayaan. Pada waktu perkembangan kebudayaan mencapai puncaknya berwujud unsur-unsur budaya yang bersifat halus, indah, tinggi, sopan, luhur dan sebagainya, maka masyarakat pemilik kebudayaan tersebut dikatakan telah memiliki peradaban yang tinggi. Dengan batasan-batasan pengertian di atas maka istilah peradaban sering dipakai untuk hasil-hasil kebudayaan seperti: kesenian, ilmu pengetahuan dan teknologi, adat sopan santun serta pergaulan. Selain itu juga kepandaian menulis, organisasi bernegara serta masyarakat kota yang maju dan kompleks. Tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Tiap-tiap masyarakat atau bangsa di manapun selalu berkebudayaan, akan tetapi tidak semuanya telah memiliki peradaban yang tinggi. Kebudayaan merupakan keseluruhan dari hasil budidaya manusia baik cipta, karsa dan rasa. Kebudayaan berwujud gagasan/ide, perilaku/aktivitas dan benda-benda. Sedangkan peradaban adalah bagian-bagian dari kebudayaan yang tinggi, halus, indah dan maju.

a. Kebudayaan sebagai peradaban
Saat ini, kebanyakan orang memahami gagasan "budaya" yang dikembangkan di
Eropa pada abad ke-18 dan awal abad ke-19. Gagasan tentang "budaya" ini merefleksikan adanya ketidakseimbangan antara kekuatan Eropa dan kekuatan daerah-daerah yang dijajahnya. Mereka menganggap 'kebudayaan' sebagai "peradaban" sebagai lawan kata dari "alam". Menurut cara pikir ini, kebudayaan satu dengan kebudayaan lain dapat diperbandingkan; salah satu kebudayaan pasti lebih tinggi dari kebudayaan lainnya.
Pada prakteknya, kata kebudayaan merujuk pada benda-benda dan
aktivitas yang "elit" seperti misalnya memakai baju yang berkelas, fine art, atau mendengarkan musik klasik, sementara kata berkebudayaan digunakan untuk menggambarkan orang yang mengetahui, dan mengambil bagian, dari aktivitas-aktivitas di atas. Sebagai contoh, jika seseorang berpendendapat bahwa musik klasik adalah musik yang "berkelas", elit, dan bercita rasa seni, sementara musik tradisional dianggap sebagai musik yang kampungan dan ketinggalan zaman, maka timbul anggapan bahwa ia adalah orang yang sudah "berkebudayaan".
Orang yang menggunakan kata "kebudayaan" dengan cara ini tidak percaya ada kebudayaan lain yang eksis; mereka percaya bahwa kebudayaan hanya ada satu dan menjadi tolak ukur norma dan nilai di seluruh dunia. Menurut cara pandang ini, seseorang yang memiliki kebiasaan yang berbeda dengan mereka yang "berkebudayaan" disebut sebagai orang yang "tidak berkebudayaan"; bukan sebagai orang "dari kebudayaan yang lain." Orang yang "tidak berkebudayaan" dikatakan lebih "alam," dan para pengamat seringkali mempertahankan elemen dari
kebudayaan tingkat tinggi (high culture) untuk menekan pemikiran "manusia alami" (human nature)
Sejak abad ke-18, beberapa kritik sosial telah menerima adanya perbedaan antara berkebudayaan dan tidak berkebudayaan, tetapi perbandingan itu —berkebudayaan dan tidak berkebudayaan— dapat menekan interpretasi perbaikan dan interpretasi pengalaman sebagai perkembangan yang merusak dan "tidak alami" yang mengaburkan dan menyimpangkan sifat dasar manusia. Dalam hal ini,
musik tradisional (yang diciptakan oleh masyarakat kelas pekerja) dianggap mengekspresikan "jalan hidup yang alami" (natural way of life), dan musik klasik sebagai suatu kemunduran dan kemerosotan.
Saat ini kebanyakan ilmuwan sosial menolak untuk memperbandingkan antara kebudayaan dengan alam dan konsep
monadik yang pernah berlaku. Mereka menganggap bahwa kebudayaan yang sebelumnya dianggap "tidak elit" dan "kebudayaan elit" adalah sama — masing-masing masyarakat memiliki kebudayaan yang tidak dapat diperbandingkan. Pengamat sosial membedakan beberapa kebudayaan sebagai Kultur populer (Popular culture) atau pop kultur, yang berarti barang atau aktivitas yang diproduksi dan dikonsumsi oleh banyak orang.
b. Kebudayaan sebagai "sudut pandang umum"
Selama
Era Romantis, para cendikiawan di Jerman, khususnya mereka yang peduli terhadap gerakan nasionalisme — seperti misalnya perjuangan nasionalis untuk menyatukan Jerman, dan perjuangan nasionalis dari etnis minoritas melawan Kekaisaran Austro-Hunggaria — mengembangkan sebuah gagasan kebudayaan dalam "sudut pandang umum". Pemikiran ini menganggap suatu budaya dengan budaya lainnya memiliki perbedaan dan kekhasan masing-masing. Karenanya, budaya tidak dapat diperbandingkan. Meskipun begitu, gagasan ini masih mengakui adanya pemisahan antara "berkebudayaan" dengan "tidak berkebudayaan" atau kebudayaan "primitif." Pada akhir abad ke-19, para ahli antropologi telah memakai kata kebudayaan dengan definisi yang lebih luas. Bertolak dari teori evolusi, mereka mengasumsikan bahwa setiap manusia tumbuh dan berevolusi bersama, dan dari evolusi itulah tercipta kebudayaan.Pada tahun 50-an, subkebudayaan — kelompok dengan perilaku yang sedikit berbedan dari kebudayaan induknya — mulai dijadikan subjek penelitian oleh para ahli sosiologi. Pada abad ini pula, terjadi popularisasi ide kebudayaan perusahaan - perbedaan dan bakat dalam konteks pekerja organisasi atau tempat bekerja.
c. Kebudayaan sebagai mekanisme stabilisasi
Teori-teori yang ada saat ini menganggap bahwa (suatu) kebudayaan adalah sebuah produk dari stabilisasi yang melekat dalam tekanan evolusi menuju kebersamaan dan kesadaran bersama dalam suatu masyarakat, atau biasa disebut dengan
tribalisme.
H. Kebudayaan menurut wilayah
Seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi, hubungan dan saling keterkaitan kebudayaan-kebudayaan di dunia saat ini sangat tinggi. Selain kemajuan teknologi dan informasi, hal tersebut juga dipengaruhi oleh faktor
ekonomi, migrasi, dan agama.
Afrika
Beberapa kebudayaan di benua Afrika terbentuk melalui penjajahan Eropa, seperti kebudayaan Sub-Sahara. Sementara itu, wilayah Afrika Utara lebih banyak terpengaruh oleh kebudayaan Arab dan Islam.
Amerika
Kebudayaan di benua
Amerika dipengaruhi oleh suku-suku Asli benua Amerika; orang-orang dari Afrika (terutama di Amerika Serikat), dan para imigran Eropa terutama Spanyol, Inggris, Perancis, Portugis, Jerman, dan Belanda.
Asia
Asia memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda satu sama lain, meskipun begitu, beberapa dari kebudayaan tersebut memiliki pengaruh yang menonjol terhadap kebudayaan lain, seperti misalnya pengaruh kebudayaan Tiongkok kepada kebudayaan Jepang, Korea, dan Vietnam. Dalam bidang agama, agama Budha dan Taoisme banyak mempengaruhi kebudayaan di Asia Timur. Selain kedua Agama tersebut, norma dan nilai Agama Islam juga turut mempengaruhi kebudayaan terutama di wilayah Asia Selatan dan tenggara.


Australia
Kebanyakan budaya di Australia masa kini berakar dari kebudayaan
Eropa dan Amerika. Kebudayaan Eropa dan Amerika tersebut kemudian dikembangkan dan disesuaikan dengan lingkungan benua Australia, serta diintegrasikan dengan kebudayaan penduduk asli benua Australia, Aborigin.
Eropa
Kebudayaan Eropa banyak terpengaruh oleh kebudayaan negara-negara yang pernah dijajahnya. Kebudayaan ini dikenal juga dengan sebutan "kebudayaan barat". Kebudayaan ini telah diserap oleh banyak kebudayaan, hal ini terbukti dengan banyaknya pengguna bahasa Inggris dan bahasa Eropa lainnya di seluruh dunia. Selain dipengaruhi oleh kebudayaan negara yang pernah dijajah, kebudayaan ini juga dipengaruhi oleh kebudayaan Yunani kuno, Romawi kuno, dan agama Kristen, meskipun kepercayaan akan agama banyak mengalami kemunduran beberapa tahun ini.
Timur Tengah dan Afrika Utara
Kebudayaan didaerah
Timur Tengah dan Afrika Utara saat ini kebanyakan sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma agama Islam, meskipun tidak hanya agama Islam yang berkembang di daerah ini

antropologi bab.4 MASYARAKAT



Ringkasan ilmu antropologi
 bab.4 MASYARAKAT

A.KEHIDUPAN BERKELOMPOK DAN DEFINISI MASYARAKAT
1.KEHIDUPAN BERKELOMPOK DALAM ALAM BINATANG
      Bukan hanya makhluk manusia saya,melainkan juga banyak jenis makhluk lain yang hidup bersama individu-individu sejenisnya dalam sebuah kelompok. Dari ilmu mikrobiologi,misalnya,kita mengetahui bahwa banyak jenis protozoa hidup bersama makhluk sel sejenis dalam suatu kelompok sebanyak ribuan sel yang masing-masing tetap merupakan individu sendiri-sendiri.dalam kelompok protozoa misalnya jenis hydractinia itu,ada suatu pembagian kerja yang nyata antara subkelompok.ada subkelompok yang terdiri dari ratusan sel yang fungsinya mencari makan bagi seluruh kelompok; ada subkelompok lain yang fungsinya memproduksi jenis dengan cara membela diri; ada subkelompok yang fungsinya meneliti keadaan lingkungan dengan kemampuannya membedakan suhu yang terlampau tinggi atau terlampau rendah, untuk mendeteksi adanya bahan yang dimakan, adanya lingkungan yang cocok untuk memproduksi dan lain-lain.
     Selain makhluk sel dan serangga juga banyak jenis binatang yang lebih tinggi, seperti ikan,burung,serigala,banteng, dan makhluk-makhluk primata, hidup sebagai kesatuan kelompok
     Beberapa ciri yang dapat kita anggap ciri khas kehidupan kelompok, yaitu;
·         Pembagian kerja yang tetap antara berbagai macam subkesatuan atau golongan individu dalam kelompok untuk melaksanakan berbagai macam fungsi hidup
·          Ketergantugan individu kepada individu lain dalam kelompok sebagai akibat dari pembagian kerja tadi
·         Kerja sama antarindividu yang disebabkan karena sifat ketergantungan tadi
·         Komunikasi antarindividu yang diperlukan guna melaksanakan kerja sama tadi
·         Diskiriminasi yang diadakan antara individu-individu warga kelompok dan individu-individu dari luarnya
Mengenai asas-asas pergaulan antara makhluk dalam kehidupan alamiah itu, beberapa ahli filsafat seperti H.spencer pernah menyatakan bahwa asas egoisme atau asas” mendahulukan kepentingan diri sendiri diatas kepentingan lain. Sebaliknya, ada beberapa ahli filsafat lain yang menunjukan bahwa lawan asas egoisme, yaitu asas altruisme atau asas “hidup berbakti untuk kepentingan lain”, juga dapat membuat jenis makhluk itu menjadi sedemikian kuatnya sehingga dapat bertahan dalam proses seleksi alam yang kejam. Justru karena altruisme yang kuat, maka jenis makhluk berkelompok itu mampu mengembangkan suatu hubungan saling tolong-menolong dan kerja sama yang serasi sehingga sebagai kelompok mereka menjadi begitu kuat dapat bertahan hidup dalam alam yang kejam
2. KEHIDUPAN BERKELOMPOK MAKHLUK MANUSIA
      Manusia adalah jenis makhluk yang juga hidup dalam kelompok dengan demikian, maka pengetahuan mengenai asas-asas hidup berkelompok yang sebenarnya telah dapat kita pelajari pada berbagai jenis protozoa,serangga, dan binatang berkelompok tersebut, juga penting untuk mencapai pengertian mengenai kehidupan berkelompok makhluk manusia. Walaupun demikian  masih ada suatu asasi yang sangat mendasar antara kehidupan kelompok binatang dan kehidupan kelompok manusia. Sistem pembagian kerja, aktivitas kerja sama, dan berkomunikasi dalam kehidupan kelompok bersifat naluri.
      Naluri merupakan suatu kemampuan yang telah terencana oleh alam dan terkandung dalam gen jenis binatang yang tersangkutan. Sedangkan sistem pembagian kerja, aktivitas kerja sama, dan berkomunikasi dalam kehidupan kelompok manusia tidak bersiafat naluri. Hal ini disebabkan karena lepas dari pengaruh ciri-ciri ras, baik kaukasoid,mongoloid,negroid atau lainnya
      Apabila ditemukan suatu tingkah laku yang efektif dalam menanggulangi suatu masalah hidup maka tingkah laku itu tentu diulanginya setiap kali masalah serupa timbul. Kemudian orang mengomunikasikan pola tingkah laku baru tadi kepada individu-individu lain dalam kelompok dan terutama kepada keturunannya sehingga pola itu menjadi mantap dan menjadi suatu adat yang dilaksanakan oleh sebagian besar warga kelompok itu. Dengan demikian, banyak dari pola tingkah laku manusia yang telah menjadi adat-istiadat itu dijadiakan milik dirinya dengan belajar.
      Kelakuan binatang berkelompok (animal behavior) yang berakar dalam naluri, pada manusia menjadi tingkah laku yang dijadiakan milik diri dengan belajar (learned action). Agar ada suatu pembedaan yang tajam antara kelakuan binatang dan tingkah laku manusia dalam kehidupan berkelompok, sebaiknya diadakan  pembedaan istilah juga. Kelakuan binatang dan kelakuan manusia yang prosesnya telah direncanakan dalam gennya dan merupakan milik dirinya tanpa belajar, seperti refleks,kelakuan naluri, dan merupakan milik dirinya tanpa belajar, kita sebut kelakuan (behavior). Sebaliknya, perilaku manusia yang prosesnya tidak terencana dalam gennya, tetapi yang harus dijadikan milik dirinya dengan belajar, kita sebut tindakan  atau tingkah laku ( action). Oleh karena pola-pola tindakan laku manusia adalah hasil belajar,
      Proses perubahan yang berbeda-beda menyebabkan timbulnya ragam kesatuan hidup manusia yang berada di muka bumi ini. Apabila sejenis serangga lebah tetap sama pola kelakuan dan cara hidupnya dimana pun ia berada, tidaklah demikian halnya pola tingkah laku  dan hidup manusia dia asia,afrika,amerika utara,amerika latin atau eropa
B. BERBAGAI WUJUD KELOMPOK MANUSIA
      Manusia di muka bumi saat ini berjumlah lebih dari tiga miliar dan seluruh makhluk jenis homo sapiens  itu menampakkan suatu keragaman yang disebabkan karena ciri-ciri ras kaukasoid,mongoloid,negroid, dan beberapa ciri lain yang berbeda-beda. Namun seperti yang telah tersebut tadi, beragam ciri ras itu tidak menyebabkan timbulnya beragam pola tingkah laku manusia. Orang indonesia misalnya, yang memiliki ciri-ciri ras mongoloid-melayu (orang indonesia pribumi) tidak begitu berbeda dalam hal adat tingkah lakunya jika dibandingkan dengan orang indonesia yang mempunyai ciri ras mongoloid cina selatan (orang indonesia keturunan asing). Serupa itu juga ada orang amerika yang mempunyai ciri-ciri ras negroid. Dalam hal adat tingkah laku, mereka tidak banyak berbeda karena kedua-duanya berbicara bahasa inggris dan gaya hidup orang amerika.
      Ragam tingkah laku manusia memang bukan disebabkan karena ciri-ciri ras, melainkan karena kelompok-kelompok tempat manusia itu bergaul dan berinteraksi, pada zaman sekarang ini wujud tersebut adalah kelompok-kelompok yang besar terdiri dari banyak manusia, tersebar di muka bumi sebagai kesatuan-kesatuan manusia yang erat, dan di sebut negara-negara nasional. Pada akhir abad ke-20 ini, hampir semua manusia di dunia tergolong kedalam salah satu negara nasional. Di asia tenggara, tampak kesatuan-kesatuan manusia yang berwujud sebagai negara nasional besar-kecil, seperti indonesia,malaysia,singapura,papua nugini,fhilipina,vietnam,laos,kamboja,thailand,myanmar. Di eropa barat misalnya tampak kesatuan-kesatuan manusia yang juga beerwujud sebagai negara nasional besar-kecil, seperti inggris,belanda,prancis,denmark,jerman,belgia,luksemburg,lechtenstein dan banyak yang lain, sebaliknya dalam batas wilayah tiap negara nasional seperti yang disebut di atas tampak kesatuan-kesatuan manusia yang lebih khusus, berbeda satu dengan yang lain. Hal ini di sebabkan karena adat-istiadat dan bahasa suku-bangsa, kadang-kandang juga karena agama, atau karena kombinasi dari keduanya.
      Macam suku bangsa jawa, yang walaupun sama adat-istiadat maupun bahasanya, berbeda mengenai agamanaya, yaitu satu beragama islam santri, dan lainnya beragama islam kejawen. Demikian juga dalam batas wilayah negara inggris misalnya, ada suku bangsa abglosaxon yang beragama kristen anglikan, dan suku bangsa irish yang beragama katolik; atau di batas wilayah negara belgia di mana ada suku bangsa flam yang berbahasa belanda, dan suku bangsa waals yang berbahasa prancis.lebih khusus, dalam tiap suku bangsa ada kesatuan-kesatuan hidup yang lebih kecil lagi, yaitu desa dan kota.walaupun semua suku bangsa di negara-negara lain pada umumnya dan di indonesia pada khususnya, mempunyai wujud seperti yang terurai tadi, sebagai contoh konkret akan kita tinjau lebih khusus salah satu suku bangsa, yaitu suku bangsa bali. Orang bali juga hidup dalam desa-desa maupun dalam kota-kota di pulau bali.
      Beragam kesatuan hidup manusia dalam suatu kesatuan negara nasional mempunyai wujud yang lain. Beragam wujud ini bukan di sebabkan karena ada suku-suku bangsa yang berbeda-beda, melainkan karena secara horisontal ada lapisan-lapisan sosial yang berbeda-beda.warga dari suatu negara dapat kita golong-golongkan misalnya ke dalam golongan petani, golongan buruh, golongan pedagang,golongan pegawai,golongan bangasawan, dan lain-lain. Masing-masing golongan tersebut mempunyai pola-pola tingkah laku, adat-istiadat, dan gaya hidup berbeda-beda.golongan-golongan seperti itu seolah-olah  merupakan lapisan-lapisan sosial, karena ada penilaian tinggi rendah mengenai tiap golongan tadi oleh warga dan negara yang bersangkutan.suatu negara dengan beramgam suku bangsa, seperti indonesia terdapat lapisan sosial yang berlaku untuk seluruh negara. Selain itu juga terdapat sistem-sistem pelapisan sosial di bali yang berwujud kasta brahmana,satriya,vaisya, dan sudra, tidak berlaku  misalnya dalam adat-istiadat sunda,minangkabau,aceh,timor atau lainnya.
C. UNSUR-UNSUR MASYARAKAT
      Adanya bermacam-macam wujud kesatuan kelompok manusia menyebabkan bahwa kita memerlukan beberapa istilah untuk membeda-bedakan berbagai macam kesatuan tadi. Kecuali istilah yang paling lazim, yaitu masyarakat, ada istilah-istilah lain untuk menyebut kesatuan-kesatuan khusus merupakan unsur-unsur dari masyarakat, yaitu kategori sosial, golongan sosial, komunikasi,kelompok, dan perkempulan. Keenam istilah itu beserta konsepnya, syarat-syarat pengikatnya, dan ciri-ciri lainnya, akan kita tinjau secara lebih mendalam berikut ini.
1.MASYARAKAT
      Dalam bahasa inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata latin socius, berarti  ‘kawan’. Istilah masyarakat sendiri berasal dari akar kata arab syaraka yang berarti ‘ikut serta, berpatisipasi’. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang paling  ‘bergaul’ atau dengan istilah ilmiah, saling ‘berinteraksi’. Negara modern misalnya, merupakan Suatu kesatuan manusia Berbagai macam prasarana, yang memungkinkan para berinteraksi secara intensif, dan dengan frekuensi yang tinggi. Suatu negara modern mempunyai suatu jaringan komunikasi berupa jaringan jalan raya, jaringan jalan kereta api, jaringan perhubungan udara,jaringan telekomunikasi,sistem radio dan tv, berbagai macam surat kabar di tingkat nasional, suatu sistem upacara pada hari-hari raya nasional dan sebagainya. Negara deengan wilayah geografis yang lebih kecil berpontensi untuk berinteraksi secara intensif dari pada negara dengan wilayah goegrafis yang sangat luas. Tambah pula bila negara tersebut berupa kepulauan, seperti halnya negara kita.
      Hendaknya diperhatikan bahwa tidak semua kesatuan manusia yang bergaul atau berinteraksi itu merupakan masyarkat, karena suatu masyarakat harus mempunyai suatu ikatan lain yang khusus. Sekumpulan orang yang mengerumuni seorang tukang penjual jamu di pinggir jalan tidak dapat disebut sebagai suatu masyarakat. Meskipun kadang-kadang mereka juga berinteraksi secara terbatas, mereka tidak mempunyai suatu ikatan lain kecuali ikatan serupa perhatian terhadap penjaul jamu tadi.demikian juga sekumpulan manusia yang menonton suatu pertandingan sepak bola, dan sebenarnya semua kumpulan manusia penonton apapun juga, tidak disebut masyarakat,sebaliknya untuk sekumpulan manusia itu di pakai istilah kerumunan. Di dalam bahasa inggris telah dipakai istilah crowd.istilah yang membuat suatu kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat adalah pola tingkah laku yang khas mengenai semua faktor kehidupan dalam batas kesatuan itu.lagi pula, pola itu harus bersifat mantap dan kontinu; dengan kata lain, pola khas itu harus sudah menjadi adat istiadat yang khas. Dengan demikian, suatu asrama pelajar,suatu akademi kedinasan, atau suatu sekolah, tidak dapat kita sebut masyarakat karena meskipun kesatuan manusia yang terdiri dari murid,guru,pegawai administrasi, serta karyawan lain itu terikat dan diatur tingkah lakunya oleh berbagai norma dan aturan sekolah  dan lain-lain, namun sistem normanya hanya meliputi beberapa sektor kehidupan yang terbatas saja. Sedangkan sebagai kesatuan manusia, suatu asrama atau sekolah itu hanya bersifat sementara, artinya tidak ada kontinuitasnya. Selain ikatan adat istiadat khas yang meliputi sektor kehidupan dan kontinuitas waktu, warga suatu masyarakat harus juga mempunyai ciri lain, yaitu sautu raasa identitas bahwa mereka memang merupakan suatu kesatuan khusus yang berbeda dari kesatuan-kesatuan manusia
      Ciri ini memang dimiliki oleh penghuni suatu asrama atau anggota suatu sekolah. Akan tetapi, tidak adanya norma yang menyeluruh dan tidak kontinuitas, menyebabkan penghuni suatu asrama atau murid suatu sekolah tidak bisa disebut masyarakat sebaliknya suatu negara, suatu kota, atau desa misalnya merupakan  kesatuan manusia yang memiliki keempat ciri terurai di atas, yaitu;
·         Interaksi antara warga-warganya,
·         Adat-istiadat, norma,hukum dan aturan-aturan khas yang mengatur seluruh pola tingkah laku warga negara kota atau desa
·         Kontinuitas waktu
·         Dan rasa identitas kuat yang mengikat semua warga
Itulah sebabnya suatu negara atau desa dapat kita sebut masyarakat dengan demikian ketiga ciri terurai sebelumnya maka definisi mengenai masyarakat secara khusus dapat kita rumuskan sebagai berikut: masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Definisi itu menyerupai suatu definisi yang diajukan oleh J.L.GILLIN dan J.P.GILLIN dalam buku mereka curutal sociology yang merumuskan bahwa masyarakat atau society adalah ‘ the largest grouping in which common customs, trdisitions, atitudes and feelings of unty are operative’ unsur grouping dalam definisi itu menyerupai unsur ‘kesatuan hidup’ dalam definisi kita common customs dan traditions adalah unsur ‘adat-istiadat’ dan ‘kontinuitas’ dalam definisi kita, serta unsur common attitudes and feelings of unity sama dengan unsur ‘identitas bersama’. Suatu tambahan dalam definisi gillin adalah unsur (the largest) ‘terbesar’ yang memang tidak di muat dalam definisi kita, dalam  bukunya, azas-azas sosiologi guru besar ilmu sosiologi universitas gadjah mada, M.M. Djojodigoeno, membedakan antara konsep ‘masyarakat dalam arti yang luas dan sempit’
      Berdasarkan konsep djojodigoeno ini dapat dikatakan masyarakat indonesia sebagai contoh suatu ‘ masyarakat dalam arti luas’ sebaliknya, masyarakat yang terdiri dari warga suatu kelompok kekerabatan seperti dadia,marga, atau suku, kita anggap sebagai contoh dari suatu ‘ masyarakat dalam arti sempit’.
      Kesatuan wilayah, kesatuan adat-istiadat, rasa identitas komunitas, dan rasa loyalitas terhadap komunitas sendiri, merupakan ciri-ciri suatu komunikasi dan pangkal dari perasaan seperti patriotisme,nasionalisme dan sebagainya, yang biasanya bersangkutan dengan negara . memang,suatu negara merupakan wujud dari suatu komunitas yang paling besar. Selain negara, kesatuan-kesatuan seperti kota,desa, suatu rw atau rt, juga sesuai dengan definisi kita mengenai komunitas yaitu: suatu kesatuan hidup manusia yang menempati suatu wilayah yang nyata dan berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat dan yang terikat oleh suatu rasa identitas komunitas.
2. KATEGORI SOSIAL
      Kategori sosial adalah kesatuan manusia yang berwujud karena adanya suatu ciri atau suatu kompleks ciri-ciri objektif yang dapat dikenakan kepada manusia-manusia itu. Ciri-ciri objektif itu biasanya dikenakan oleh pihak dari luar kategori sosial itu sendiri tanpa di sadari oleh yang bersangkutan , dengan  suatu maksud praktis tertentu . misalnya dalam masyarakat suatu negara ditentukan melalui hukumnya bahwa ada kategori warga di atas umur 18 tahun, dan kategori warga di bawah umur 18 tahun dengan maksud untuk membedakan antara warga negara yang hak pilih dan warga negara tidak mempunyai hak pilih dalam pemilihan umum. Contoh lain adalah bahwa dalam masyarakat itu juga ada suatu kategori orang yang memiliki mobil, dan suatu kategori orang tidak memilikinya, dengan maksud untuk menentukan warga negara yang harus membayar sumbangan wajib dan yang bebas dari sumbangan wajib itu. Serupa dengan itu, dalam suatu masyarakat dapat diadakan bermacam-macam penggolongan berdasarkan ciri-ciri objektif untuk berbagai maksud, seperti kategori pegawai negeri untuk menghitung hadiah lebaran, kategori anak di bawah umur 17 tahun untuk larangan menonton film orang dewasa, kategori pelajar untuk memperkirakan pendapatan negara dari spp dan sebagainya. Dengan demikian, tidak hanya pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu kota saja yang dapat mengadakan berbagai macam pergolongan seperti itu terhadap warga masyarakat, tetapi seseorang peneliti untuk keperluan analisinya dapat juga misalnya mengadakan berbagai macam penggolongan terhadap penduduk dari masyarakat yang menjadi objek penelitiannya tanpa di sadari oleh yang bersangkutan.suatu kategori sosial biasanya juga tidak terikat oleh kesatuan adat,sistem nilai, atau norma tertentu, suatu kategori sosial tidak mempunyai lokasi, tidak mempunyai organisasi, tidak mempunyai pimpinan.
3. GOLONGAN SOSIAL
      Dalam masyarakat indonesia misalnya ada konsep golongan pemuda. Golongan sosial ini terdiri dari manusia yang oleh pihak luar disatukan berdasarkan atas satu ciri, yaitu ‘sifat muda’. Namun, selain ciri objektif tersebut, golongan sosial ini di gambarkan oleh umum sebagai suatu golongan manusia yang penuh idealisme; belum terikat oleh kewajiban-kewajiban hidup yang membebankan sehingga masih sanggup mengabdi dan berkorban kepada masyarakat; penuh semangat dan vitalitas; mempunyai daya memperbarui serta kreativitas yang besar dan sebagainya. Gambaran umum atau stereotipe yang baik tentang golongan pemuda dalam masyarakat indonesia terjadi dan berkembang karena ada beberapa peristiwa yang sangsat menentukan dalam sejarah terjadinya bangsa dan negara kita, misalnya kongres pemuda pada tahun 1928, yang menyerukan kesatuan bangsa indonesia, dan revolusi fisik melawan pemerintah jajahan belanda mulai tahun 1945 hingga 1949, dimana orang-orang muda memengan peranan yang sangat penting. Lepas dari kenyataan apakah orang yang disebut pemuda itu, dan yang di golongankan dalam golongan sosial yang disebut ‘golongan pemuda’ itu sungguh-sungguh memiliki ciri-ciri ideal tersebut di atas orang indonesia pada umumnya menganggap golongan pemuda sebagai golongan yang terdiri dari orang-orang muda seperti itu.
      Suatu golongan sosial yang terpandang dalam suatu masyarakat, belum tentu terpandang dalam masyarakat lain.’golongan pemuda’ masyarakat indonesia belum tentu terpandang dalam masyarakat-masyarakat di luar indonesia, skandinavia misalnya. Contohnya lain,’gologan petani’ yang merupakan suatu golongan yang terpandang dalam negara-negara yang ekonominya berdasarkan usaha agraria seperti indonesia, sama sekali tidak terpandang dalam masyarakat lain yang berdasarkan industri atau perdagangan. Sebaliknya, dalam masyarakat negara-negara tersebut terakhir, ‘golongan usahawan’ lah yang pasti merupakan orang terpandang.golongan sosial dari orang-orang yang mempunyai ciri penggabungan suatu profesi tertentu biasanya juga merupakan kesatuan manusia yang selain terikat oleh persamaan ciri objektif, juga oleh dua unsur terikat oleh etika dokter dan identitas sosial. Suatu golongan sosial dapat juga timbul karena padangan negatif dari orang lain di luar golongan itu. Misalnya: golongan negro atau blacks dalam masyarakat negara amerika serikat, di sebabkan karena ciri-ciri ras yang tampak lahir secara mencolok dan membedakan mereka dari warga negara amerika serikat lainnya yang mempunyai ciri-ciri kaukasoid. Sebagai suatu golongan sosial dalam masyarakat negara amerika serikat tidaka mempunyai adat-istiadat dan sistem norma khusus dan berbeda dari golongan sosial yang lain.kalau pun sifat khusus itu ada, perbedaannya hanyalah bersifat minim dan di sebabkan karena banyak di antara blacks di amerika serikat itu termasuk golongan miskin sehingga kekhususan tadi di sebabkan karena gaya hidup mereka miskin. Namun tidak sedikit juga orang blacks disana yang telah menjadi kaya atau terpelajar, dan adat-istiadat serta sistem norma mereka tidak banyak berbeda dari adat-istiadat dan norma warga negara amerika serikat lainnya.
      Walaupun demikian, mereka tetap saja mempunyai rasa identitas sosial sebagai suatu golongan dengan pandangan-pandangan stereotipe yang biasanya merendahkan mereka. Dalam masyarakat masih ada suatu kesatuan manusia yang dapat disebut golongan sosial, yaitu lapisan, atau kelas sosial. Walaupun konsep golongan sosial dapat dibedakan dari konsep kategori sosial melalui tiga syarat pengikat lagi, yaitu sistem norma,rasa identitas sosial, dan kontinuitas; namun konsep golongan sosial itu sama dengan konsep kategori sosial, dan tidak memenuhi syarat untuk di sebut masyarakat. Hal itu di sebabkan karena ada suatu syarat pengikat masyarakat yang tidak ada pada keduanya, yaitu prasarana khusus untuk melakukan interaksi sosial
4. KELOMPOK DAN PERKUMPULAN
        Suatu kelompok atau group juga merupakan suatu masyarakat karena memenuhi syarat-syaratnya, dengan adanya sistem interaksi antara para anggota, dengan adanya adat-istiadat serta sistem norma yang mengatur interaksi itu, dengan adanya kontinuitas, serta dengan adanya rasa identitas yang mempersatukan semua anggota tadi. Namun, selain ketiga ciri tadi , suatu kesatuan manusia yang disebut kelompok juga mempunyai ciri tambahan, yaitu organisasi dan sitem pimpinan, dan selalu tampak sebagai kesatuan dari individu-individu pada masa-masa yang secara berulang berkumpul dan kemudian bubar lagi. Kedua ciri khas tersebut sebenarnya juga dimiliki oleh kesatuan manusia yang paling besar masa kini,yaitu negara, namun istilah kelompok tidak dikenakan pada negara. Tidak pernah orang bicara tentang ‘kelompok indonesia’ apabila yang dimaksud adalah negara republik indonesia. Kota dan desa mempunyai organisasi dan sistem pimpinan tidak bisa disebut kelompok. Karena kelompok itu selalu lebih kecil dari suatu negara.hal ini di sebabkan karena ciri lokasi itu bukan khas dari kelompok. Memang ada kelompok-kelompok yang mempunyai lokasi tertentu, seperti persatuan sepak bola indonesia mataram (PSIM), sebaliknya ada kelompok-kelompok yang tidak mempunyai lokasi tertentu, seperti suatu kelompok-kelompok kekerabatan. Contohnya adalah marga tarigan, yang tidak mempunyai lokasi daerah kaban jahe ditanah karo, tetapi juga di puluhan daerah lain di indonesia. Pendeknya, unsur lokasi tidak merupakan unsur yang menentukan hidup matinya suatu kelompok.
      Akan tampak adanya paling sedikit dua macam organisasi.
·         Organisasi yang tidak dibentuk dengan sengaja, tetapi telah terbentuk karena ikatan ilmiah dan ikatan keturunan yang mengikat warganya dengan adat-istiadat dan sistem norma yang sejak dulu telah tumbuh dengan tidak disengaja.
·         Organisasi yang dibentuk dengan sengaja sehingga aturan-aturan dan norma yang mengikat anggotanya juga di susun dengan sengaja
Perbedaan antara kelompok dan perkumpulan 
KELOMPOK
PERKUMPULAN
Primary group
Assciation
gemeinschaft
Gessellschaft
Solidarite mechanique
Solidarite organique
Hubungan familistic
Hubungan contractual
Dasar organisasi adat
Dasar organisasi buatan
Pimpinan berdasarkan berdasarkan kewibawaan dan karisma
Pimpinan berdasarkan wewenang dan hukum
Hubungan berasaskan perorangan
Hubungan anonim dan berasas guna

5. BERAGAM KELOMPOK DAN PERKUMPULAN
      Perkumpulan dapat di kelaskan beerdasarkan prinsip guna dan keperluannya atau fungsinya. Dengan, demikian ada perkumpulan-perkumpulan yang gunanya keperluan untuk mencari nafkah, untuk melaksanakan suatu mata pencarian hidup atau memproduksi barang; intinya untuk keperluan ekonomi. Perkumpulan-perkumpulan semacam itu misalnya suatu perkumpulan dagang, suatu koperasi, suatu perseroan, suatu perusahaan dan sebagainya.
       Ada perkumpulan-perkumpulan yang berdasarkan keperluan manusia untuk memajukan pendidikan dalam masyarakat seperti suatu yayasan pendidikan atau kelompok studi, suatu perkumpulan pemberantasan buta huruf dan sebagainya.
     Ada perkumpulan untuk memajukan ilmu pengetahuan seperti himpunan indonesia untuk pengembangan ilmu-ilmu sosial, atau organisasi-organisasi profesi yang sekaligus juga bertujuan mengajukan ilmu dan profesi bersangkutan, seperti ikatan dokter indonesia
      Ada perkumpulan yang berdasarkan keperluan untuk memajukan kesenian, seperti perkumpulan mita buaya
      Ada perkumpulan yang bertujuan melaksanakan aktivitas-aktivitas keagamaan, seperti organisasi islam
       Ada pula perkumpulan yang berdasarkan keperluan manusia untuk aktivitas politik seperti partai
Perkumpulan tadi dapat di anggap sebagai beberapa contoh diantara berpuluh macam perkumpulan lain yang mungkin ada dalam suatu masyarakat yang kompleks
6. IKHTISAR MENGENAI BERAGAM  WUJUD KESATUAN MANUSIA
      Istilah ‘ masyarakat’ di pakai untuk menyebut dua wujud kesatuan manusia yaitu ‘komunitas’ ( yang menekankan pada aspek lokasi hidup dan wilayah)  dan konsep  ‘kelompok’ ( yang menekankan pada aspek organisasi dan pimpinan dari suatu kesatuan manusia). Adapun tiga wujud kesatuan manusia ( yaitu ‘ kerumusan’ ‘kategori sosial’ dan ‘golongan sosial’) tidak dapat disebut ‘masyarakat’
7. INTERAKSI ANTARINDIVIDU DALAM MASYARAKAT
    Dalam hal mengenalisis proses interaksi antara individu –individu lain . masyarakat, kita harus membedakan dual hal, yaitu; 1. Kontak, dan 2. Komunikasi. Kontak antara individu juga tidak hanya mungkin pada jarak dekat misalnya ‘berhadapan muka’ juga tidak hanya pada jarak sejauh kemampuan pancaindra manusia, tetapi alat-alat kebudayaan manusia masa kini seperti tulisan, buku surat kabar,telepon.radio,televisi memungkin individu-individu berkontak pada jarak yang sangat jauh
D. PRANATA SOSIAL
1. PRANATA
       Dari hari ke hari manusia melaksanakan banyak tindakan interaksi antarindividu dalam kehidupan bermasyarakat. Di antara semua tindakannya yang berpola tadi, perlu di adakan perbedaan antara tindakan-tindakan yang di laksanakannya menurut pola-pola yang tidak resmi dengan tindakan-tindakan yang di laksanakannya menurur pola-pola yang resmi. Sistem tingkah laku sosial yang bersifat resmi serta adat-istiadat dan norma yang mengatur tingkah laku itu, dan seluruh perlengkapannya guna memenuhi berbagai kompelks kebutuhan manusia dalam masyarakat, dalam ilmu sosiologi dan antrpologi di sebut pranata, atau dalam bahasa inggris institution
       Konsep ‘pranata’ atau institution telah lama berkembang dan dipergunakan dalam ilmu sosiologi, dan merupakan suatu konsep dasar yang di uraikan secara panjang lebar dalam semua kitab pelajaran mengenai ilmu itu. Sebaliknya dalam ilmu antropologi konsep ‘pranata’ kurang di gunakan. Para ahli antropologi lebih suka menggunakan konsep ‘unsur kebudayaan’ untuk menganalisis aktivitas-aktivitas manusia dalam masyarakat yang mereka pelajari sepanjang pengetahuan penulis konsep institution hanya digunakan dalam tiga buku pelajaran antropologi
2. Pranata dan lembaga
      Istilah indonesia untuk institute adalah ‘lembaga’ maka sesuai dengan itu dalam bahasa surat kabar dan bahasa populer di indonesia sering kita baca istilah ‘dilembagakan’. Padahal, antara ‘pranata’ dan ‘lembaga’ harus diadakan pembedaan secara tajam. Pranata adalah sistem norma atau aturan-aturan yang mengenai suatu aktivitas masyarakat yang khusus, sedangkan lembaga atau institut adalah badan atau organisasi yang melaksanakan aktivitas itu

3. MACAM-MACAM PRANATA
      Perbedaan antara lembaga dan pranata
Lembaga,institute organisasi
Pranata, institution
Institut teknologi bandung
Pendidikan teknologi
Intitut agama islam
Pendidikan agama
Lembaga ekonomi dan kemasyarakat nasional
Pendidikan masyarakat
Penerbit kompas, yayasan bentara rakyat
Jurnalistik
Departemen hankam
Keamanan negara
Divisi siliwangi
Perang
PSSI
Olah raga

Menurut para sarjana, semua pranata dapat dikelaskan kedalam paling sedikit delapan golongan yaitu:
1.      Pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan kehidupan kekerabatan yaitu yang sering disebut kinship atau domestic institutions
2.      Pranata-pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan manusia untuk mata pencarian hidup,memproduksi,menimbun,menyimpan,mendistribusi hasil produksi dan harta adalah economic institutions
3.      Pranata-pranta yang berfungsi memenuhi keperluan penerangan dan pendidikan manusia supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna adalah educational institutions
4.      Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan ilmiah manusia,menyelami alam semesta sekelilingnya, adalah scientific institutions
5.      Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia dalam menghayati rasa keindahannya dan untuk rekreasi adalah aesthetic and recreational institutions
6.      Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk berhubungan dengan dan berbakti kepada tuhan atau dengan alam ghaib adalah religious institutions
7.      Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk mengatur dan mengola keseimbangan kekuasaan dalam kehidupan masyarakat adalah political institutions
8.      Pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan fisik dan kenyamanan hidup manusia adalah somatic institutions
4. PRANATA,KEDUDUKAN DAN PERANAN SOSIAL
       Istilah ‘peranan’ memang dipinjam dari seni sandiwara. Berbeda dengan sandiwara,si pemain tidak hanya memainkan satu peranan saja tetapi beberapa peranan sekaligus atau secara berganti-ganti. Dalam ilmu antropologi dan ilmu-ilmu sosial lain, ‘peranan’ diberi arti yang lebih khusus yaitu peranan khas yang dipentaskan atau ditindakkan oleh individu dalam kedudukan di mana ia berhadapan dengan individu-individu dalam kedudukan-kedudukan lain. Itu lah sebabnya konsep peranan pengertian ilmiah mengandung kenyataan bahwa si individu dari waktu ke waktu dapat berpindah dari satu peranan keperanan yang lain; bahkan jarak antara satu waktu dengan waktu lain dapat sedemikian dekatnya sehingga seolah-olah tampak sebagai satu wakttu. Hal itu yang tersebut terakhir ini berarti bahwa seorang individu dapat menentaskan sekaligus dua atau lebih peranan sosial pada satu saat tertentu
        Untuk tiap individu dalam masyarakat ada dua macam kedudukan, yaitu kedudukan yang dapat diperoleh dengan sendirinya, dan kedudukan yang hanya dapat di peroleh dengan usaha. Golongan yang pertama disebut kedudukan tergariskan (ascribed status) dan yang kedua disebut kedudukan di usahakan (achieved status


E. INTEGRASI MASYARAKAT
1. STRUKTUR SOSIAL
      Dasar pikirannya mengenai struktur sosial itu secara singkat adalah seperti yang terurai dibawah ini:
1.      Pangkal dan pusat dari segala penelitian masyarakat di muka bumi ini, serupa dengan penelitian-penelitian ilmu kimia itu yang memusatkan perhatian terhadap susunan hubungan antara molekul-molekul ysng menyebabkan adanya berbagai zat.
2.      Struktur sosial dari suatu masyarakat itu mengendalikan tindakan individu dalam  masyarakat, tetapi  tidak tampak oleh seorang peneliti dengan sekejab pandangan, dan harus di abstraksikan sacara induksi dan dari kenyataan kehidupan masyarakat yang konkret
3.      Hubungan interaksi antaraindividu dalam  masyarakat  adalah hal yang konkret yang dapat diobservarsi dan dapat dicatat. Struktur sosial seolah-olah berada di belakang hubungan konkret itu. Hal ini menjadi terang bila kita perhatikan bahwa skruktur itu hidup langsung, sedangkan ndividu-individu yang bergerak nyata di dalamnya dapat silih berganti
4.      Dengan struktur sosial itu seorang peneliti kemudian dapat menyelami latar belakang seluruh kehidupan suatu masyarakat, baik hubungan kekerabatan, perekonomian, religi, maupun aktivitas kebudayaan atau pranata lainnya
5.      Untuk mempelajari struktur sosial atau suatu masyarakat diperhatikan suatu penelitian di lapangan, dengan mendatangi sendiri suatu masyarakat manusia yang hidup terikat oleh suatu desa, suatu kota besar, suatu kelompok berburu, atau yang lainnya
6.      Struktur sosial dapat juga dipakai sebagai  kriterium untuk menentukan batas-batas dari suatu masyarakat tertentu
     
 2. ANALISIS STRUKTUR SOSIAL
       Dalam suatu masyarakat kecil dan lokal, kehidupan kekerabatan  merupakan suatu sistem yang sering kali bersifat mat ketat, yang memang mempengaruhi suatu lapangan kehidupan yang sangat luas, sehingga menyangkut banyak sektor kehidupan masyarakat. Meneliti sistem kekerabatan dalam suatu masyarakat serupa itu dapat memberi pengertian mengenai banyak kelompok dan pranata sosial lain. Demikian juga menganalisis prinsip-prinsip sistem dalam suatu masyarakat kecil sama dengan menganalisis kerangka dasar dari seluruh masyaraka. Antropologi yang mempunyai pengalaman cukup lama justru dalam hal meneliti masyarakat lokal, telah mengembangkan berbagai metode dan konsep , mengenai berbagai sistem kekerabatan yang beragam. Itulah  sebabnya banyak sarjana antropologi mempelajari struktur sosial melalui analisis dari sistem kekerabatan dalam masyarakat yang bersangkutan