BAB I
Asas-asas dan Ruang Lingkup Ilmu Antropologi
A.Fase-fase perkembangan Ilmu Antropologi
1. Fase Pertama (sebelum 1800)
Kedatangan Bangsa Eropa Barat
ke Benua Afrika, Asia, dan Amerika selama 4 abad (sejak akhir abad ke-15 hingga
permulaan abad ke-16) membawa pengaruh bagi berbagai suku bangsa ketiga benua
tersebut. Bersamaan dengan itu mula terkumpul tulisan buah tangan para musafir,
pelaut, pendeta penyiar agama Nasrani,penerjemah kitab Injil, dan pegawai pemerintah jajahan
dalam bentuk kisah perjalanan, laporan dan sebagainya. Kemudian dalam pandangan
kalangan terpelajar di Eropa Barat timbul tiga macam sikap yang
bertentangan terhadap bangsa-bangsa di Afrika, Asia, Oseania, dan orang-orang
Indian di Amerika tadi, yaitu:
a. Ada yang berpandangan bahwa bangsa-bangsa itu bukan manusia
sebenarnya, melainkan meereka manusia liar, keturunan iblis dan sebagainya.
Dengan demikian timbul istilah-istilah seperti savages,primitives, untuk menyebut bangsa-bangsa tadi.
b. Ada yang berpandangan bahwa
masyarakat bangsa-bangsa itu adalah contoh dari masyarakat yang masih murni,
belum mengenal kejahatan dan keburukan seperti yang ada dalam masyarakat
bangsa-bangsa Eropa Barat pada waktu itu.
c. Ada yang tertarik akan adat istiadat yang aneh, dan mulai
mengumpulkan benda-benda kebudayaan dari suku-suku bangsa di
Afrika,Asia,Oseania dan Amerika pribumi tadi itu. Kumpulan-kumpulan pribadi
tadi ada yang di himpun menjadi satu, supaya dapat di lihat oleh umum, dengan
demikian timbul museum-museum pertama tentang kebudayaan-kebudayaan
bangsa-bangsa di luar Eropa.
2. Fase Kedua (Kira-kira pertengahan Abad ke-19)
Integrasi yang sungguh-sungguh
baru, timbul pada pertengahan abad ke-19. Karangan-karangan etnografi tersebut
tersusun berdasarkan cara berfikir evolusi masyarakat. Secara singkat, cara
berfikir itu dapat di rumuskan sebagai berikut: masyarakat dan kebudayaan
manusia telah berevolusi dengan sangat lambat yakni dalam jangka waktu
beribu-ribu tahun lamanya, dari tingkat-tingkat yang rendah, melalui beberapa
tingkat antara, sampai ke tingkat-tingkat tertinggi.
Kemudian timbul pula beberapa
karangan hasil penelitian tentang sejarah penyebaran kebudayaan-kebudayaan
bangsa-bangsa di muka bumi. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa dalam fase perkembangannya yang
kedua ini ilmu antropologi berupa suatu ilmu yang akademikal; dengan tujuan
yang dapat di rumuskan sebagai berikut: mempelajari masyarakat dan
kebudayaan primitive dengan maksud untuk mendapat suatu pengertian tentang
tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan
manusia.
3. Fase Ketiga (permulaan abad ke-20)
Pada permulaan abad
ke-20,sebagian ngara penjajah di Eropa berhasil untuk mencapai kemantapan
kekuasaannya di daerah-daerah jajahan di luar Eropa. Untuk keperluan pemerintah
jajahannya tadi, yang waktu itu mulai berhadapan lansung dengan bangsa-bangsa
terjajah di luar Eropa, maka ilmu antropologi sebagai suatu ilmu yang justru
mempelajari bangsa-bangsa di daerah-daaerah di luar eropa itu,karena bangsa-bangsa
itu pada umumnya masih mempunyai masyarakat yang belum kompleks seperti
masyarakat bangsa Eropa.
Dalam fase ketiga ini ilmu
antropologi menjadi suatu ilmu yang praktis, dan tujuannya dapat di rumuskan
sebagai berikut: mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar
Eropa guna kepentingan pemerintah colonial dan guna mendapat suatu pengertian
tentang masyarakat masa kini yang kompleks.
4. Fase Keempat (sesudah kira-kira 1930)
Dalam fase ini ilmu antropologi
mengalami masa perkembangannya yang paling luas, baik mengenai bertambahnya
bahan pengetahuan yang jauh lebih teliti, maupun mengenai ketajaman daari
metode-metode ilmiahnya. Selain itu kita lihat adanya dua perubahan di dunia:
A. Timbulnya antipasti terhadap
kolonialisme sesudah perang dunia II.
B. Cepat hilangnya bangsa-bangsa primitive (dalam arti bangsa-bangsa
asli dan terpencil dari pengaruh kebudayaan Eropa –Amerika) yang sekitar tahun
1930 mulai hilang, dan sesudah perang dunia II memang hampir tidak ada lagi di muka
bumi ini.
Mengenaai tujuannya, ilmu
antropologi yang baru dalam fase perkembangannya yang keempat ini dapat di bagi
dua, yaitu tujuan akademikal dan tujuan praktisnya. Tujuan akademisnya adalah mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya dengan
mempelajari keragaman bentuk fisiknya, masyarakat, serta kebudayaannya. Karena di dalam praktik ilmu antropologi biasanya mempelajari
masyarakat suku-bangsa,maka tujuan praktisnya adalah mempelajari manusia dalam keragaman masyarakat suku bangsa guna
membangun masyarakat suku bangsa itu.
B. Antropologi Masa Kini
1. Perbedaan-perbedaan di Berbagai Pusat Ilmiah
Secara kasar aliran-aliran
dalam antropologi dapat di golongkan berdasarkan atas berbagai universitas di
beberapa Negara tempat ilmu antropologi berkembang, yaitu terutama di Amerika
Serikat, Inggris, Eropa tengah, Eropa tengah, Eropa utara, Uni Soviet, dan
Negara-negara yang sedang berkembang.
Di Amerika Serikat, ilmu
antropologi telah memakai dan mengintegrasikan seluruh warisan bahan dan metode
dari ilmu antropologi dalam fasenya yang pertama,kedua,dan ketiga, di tambah
dengaan berbagai spesialisasi yang telah di kembangkan secara khusus untuk
mencapai pemahaman tentang dasar-dasar dari keragaman bentuk masyarakat dan
kebudayaan manusia yang tampak pada masa sekarang ini. Artinya,
universitas-universitas di Amerika Serikat adalah tempat ilmu antropologi dalam
fase keempatnya itu telah berkembang seluas-luasnya.
Di Inggris dan Negara-negara
yang ada di bawah pengaruhnya, seperti Australia, ilmu antropologi dalam fase
perkembangannya yang ketiga masih di lakukan, tetapi dengan hilangnya
daerah-daerah jajahan Inggris, maka sifat dari ilmu antropologi tentu juuga
berubah. Para sarjana antropologi bangsa Australia mempelajari suku-suku bangsa
asli di papua Nugini dan kepulauan Melanesia untuk keperluan
pemerintah-pemerintah jajahannya di sana (sekarang bekas jajahan). Di samping
menunjukkan antropologi untuk keperluan pemerintah jajahannya, maka setelah
daerah-daerah jajahan itu menjadi merdeka, para sarjana inggris memperhatikan
berbagai masalah yang lewbih luas mengenai dasar-dasar masyarakat dan
kebudayaan manusia pada umum nya. Dalam hal ini metode antropologi yang telah
dikembangkan di Amerika Serikat juga sudah mulai mempengaruhi berbagai lapangan
penelitian para ahli antropologi di inggris.
Di Eropa tengah seperti jerman,
Australia, dan swiss, hingga kira-kira awal tahun 1970-an saja ilmu antropologi
masih bertujuan mempelajari bangsa-bangsa diluar Eropa untuk memahami tentang
sejarah penyebaran kebudayaan seluruh umat manusia di muka bumi ini. Jadi sifat
antropologinya masih berada pada fase kedua. Walaupun demikian, ahir-ahir ini
pengaruh ilmu antropologi dari Amerika juga sudah mulai tampak pada para ahli
antropologi generasi muda di Jerman barat dan Swiss.
Di Eropa utara,di Negara-negara
skandinavia, ilmu antropologi sebagai bersifat akademikal, sewperti di Jerman
dan Australia. Mereka juga mempelajari banyak daerah di benua-benua di luar
Eropa, tetapi Keistimewaan mereka terletak dalam hasil-hasil penelitian tentang
kebudayaan suku bangsa Eskimo. Di samping itu, para sarjana dari Negara-negara
Skantinavia juga mempergunakan banyak metode antropologi yang telah di
kembangkan di Amerika Serikat.
Di Uni Soviet, perkembangan
ilmu antropologi di luar tidak banyak di kenal karena Uni Soviet hingga
kira-kira sekitar tahun 1960 memang seolah-olah mengisolasikan diri dari dunia
lain.sungguhpun demikian, beberapa tulisan tentang perkembangan Ilmu
antropologi di Uni Soviet menunjukkan bahwa aktifitas penelitan antropologi
disana sangat besar. Ilmu antropologi di Uni Soviet berdasarkan konsep Karl
Marx dan Friedrich Engels mengenai tingkat-tingkat evolusi masyarakat.
Di Indonesia, baru mulai
dikembangkan suatu ilmu antropologi khas Indonesia. Beruntunglah kita bahwa
dalam hal menentukan dasar-dasar dari antropologi Indonesia belum terikat oleh
suatu tradisi sehingga kita masih merdeka untuk memilih dan mengombinasikan
unsure-unsur dari berbagai aliran antropologi yang paling cocok atau yang dapat
di selaraskan dengan masalah kemasyarakatan di Indonesia. Konsepsi mengenai
luas dari batas-batas lapangan penelitian antropologi dan seluruh integrasi
luas daari metode-metode antropologi, dapat kita contoh dari Amerika.
2. Perbedaan-perbedaan Istilah
Sampai sekarang di berbagai
Negara masih dipakai berbagai istilah.
Ethnogrhaphy berarti “pelukisan tentang bangsa-bangsa”.istilah ini di pakai di
Eropa Barat untuk menyebut bahan keterangan yang termaktub dalam
karangan-karangan tentang masyarakat dan kebudayaan suku bangsa di luar Eropa,
serta segala metode untuk menbgumpulkan dan mengumumkan bahan itu.
Ethnology yang berarti “ilmu bangsa-bangsa”, adalah juga suatu istilah yang
telah lama di pakai sejak permulaan terjadinya antropologi. Sekarang di banyak
Negara istilah itu mulai di tinggalkan, hanya di amerika dan inggris masih di
pakai untuk menyebut bagian dari antropologi yang khusus mempelajari
masalah-masalah yang berhubungan dengan sejarah perkembangan kebudayaan
manusia.
Volkerkunde berarti “ilmu bangsa-bangsa”.istilah itu di pergunakan terutama di
Eropa tangah sampai sekarang.
Kulturkunde berarti “ilmu kebudayaan”. Istilah ini pernah di pakai oleh
seorang sarjana antropologi dari Jerman,L.Frobenius, dalam arti yang sama
dengan pemakaian ethnology di Amerika. Pernah juga di pakai oleh seorang guru besar
Universitas Indonesia,G.J. Held. Dalam bahasa Indonesia istilah itu menjadi
“ilmu kebudayaan”.
Anthropology berarti “ilmu tentang manusia”, dan adalah suatu istilah yang
sangat tua. Dahulu istilah itu di gunakan dalam arti yang lain, yaitu “ilmu
ntentang cirri-ciri tubuh manusia”(malahan pernah juga dalam arti “ilmu
anatomi”). Dalam perkembangan fase ketiga sejarah perkembangan antropologi,
istilah itu mulai di pakai terutama di Inggris dan Amerika.
Istilah curtural anthoropology akhir-akhir ini terutama di pakai di Amerika,
tetapi kemudian juga di Negara-negara sebagai istilah untuk menyebut
bagian dari ilmu antropologi dalam arti luas yang tidak mempelajari manusia
dari sudut fisiknya, jadi sebagai lawan daripada physical anthropology.sekaran di pakai Secara resmi oleh Universitas Indonesia menjadi
“antropologi budaya”, untuk menggantikan istilah G.J. Held “ilmu kebudayaan”.
Istilah social anthropologi di pakai di Inggris untuk menyebut antropologi
dalam fase ketiganya, sebagai lawan ethnology,yang
di sana di pakai untuk menyebut antropologi dari fase-fase sebelumnya. Di
Amerika di mana segala macam metode yang saling bertentangan di selaraskan
menjadi satu, social anthropology dan ethnology merupakan dua subbagian dalam ilmu antropologi.
C. Ilmu-ilmu Bagian dari
Antropologi
1. Lima ilmu bagian dari antropologi
Lima masalah penelitian khusus
antropologi di Amerika yaitu:
1. Masalah sejarah asal dan perkembangan manusia (atau evolusinya)
secara biology
2. Masalah sejarah terjadinya beragam makhluk manusia, di pandang
dari sudut ciri-ciri tubuhnya.
3. Masalah sejarah asal, perkembangan, dan penyebaran beragam bahasa
yang di ucapkan manusia di seluruh dunia.
4. Masalah perkembangan, penyebaran, dan terjadinya beragam
kebudayaan manusia di seluruh dunia.
5. Masalah mengenai asas-asas kebudayaan manusia dalam kehidupan
masyarakat dari semua suku bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi.
Lima bagian dari ilmu antropoloigy
Paleo-antropologi adalah ilmu bagian yang
meneliti asal-usul atau terjadinya dan evolusi manusia dengan mempergunakan
sisi-sisa tubuh yang telah membantu (fosil-fosil manusia) tersimpan dalam
lapisan-lapisan bumi yang harus di dapat oleh si peneliti dengan berbagai
metode penggalian.
Antropologi fisik dalam arti khusus adalah bagian
dari ilmu antropologi yang mencoba mencapai suatu pengertian tentang sejarah
terjadinya beragam manusia di pandang dari sudut cirri-ciri tubuhnya.
Etnolinguistik atau antropologi
linguistic adalah suatu ilmu bagian yang asal mulanya berkaitan erat dengan
ilmu antropologi.bahkan penelitiannya yang berupa daftar kata-kata, pelukisan
tentang cirri-ciri dan tempat di muka bumi ini, terkumpul bersama-sama dengan
bahan kebudayaan suku bangsa.
Etnologi adlah bagian ilmu yang mencoba
mencapai pengertian mengenai asas-asas manusia, dengan mempelajari
kebudayaan-kebudayaan dalam kehidupan masyarakat dari sebanyak mungkin suku
bangsa yang tersebar di saeluruh muka bumi pada masa sekarang ini.
Deascriptive integration dalam etnologi mengolah dan mengintegrasikan menjadi satu hasil
penelitian dari sub-sub ilmu antropologi fisik, etnolinguistik, ilmu
prehistori,dan etnografi. descriptive integration selalu mengenai satu daerah tertentu.
2. Spesialis Antropologi
Pengkhususan penelitian
antropo;ogi terhadap masalah-masalah praktis dalam masyarakat belum lama
berkembang.tetapi, suatu subilmu antropopologi pembangunan masyarakat secara
sadar baru di kembangkan setelah ada ilmu etnopsikologi.
Walaupun demikian, spesialisasi
antropologi lain baru berkembang dengan pesat setelah perang dunia II, dalam
hubungan dengan masalah pembangunan di Negara-negara berkembang.
Di samping itu timbul beberapa
spesialisasi antropologi lain,yaitu antropologi pembangunan atau development anthropology yang menggunakan metode-metode, konsep-konsep
dan teori-teori antropologi untuk mempelajari hal-hal yang nberkaitan dengan
pembangunan masyarakat desa, masalah sikap petani terhadap teknologi baru dan
sebagainya.
Akhirnya perlu di sebut suatu
spesialisasi yang paling bar dalam antropologi, yaitu subilmu antropologi untuk
psikiatri. Di antara penyakit-penyakit jiwa yang di obati oleh para dokter
penyakit jiwa atau psikiater, ada yang bukan di sebabkan karena kerusakan dalam
otak atau dalam organ, melainkan karena jiwa dan emosi yang tertekan.
D. Hubungan antara Antropologi-Sosial dan Sosiologi
1. Persamaan dan Perbedaan antara Kedua Ilmu
jika di tinjau lebih khusus,
akan tampak beberapa perbedaan, yaitu:
1. Kedua ilmu itu masing-masing mempunyai asal-mula dan sejarah
p[erkembangannya yang berbeda.
2. Asal mula sejarah yang berbeda
menyebabkan adanya suatu perbedaan pengkhususan pada pokok dan bahan penelitian
dari kedua ilmu itu.
3. Asal mula dan sejarah yang berbeda juga telah menyebabkan
perkembangannya beberapa metode dan masalah yang klhusus dari kedua ilmu
masing-masing.
2. Sejarah Perkembangan Sosiologi
Pada mulanya ilmu sosiologi
hanya merupakan bagian dari ilmu filsafat.para ahli filsafat yang menganalisis
segala hal yang ada dalam alam sekelilingnya,juga tidak lupa memekirkan tentang
masyarakatnya.
Pada fase kedua, tepatnya
setelah timbul krisis-krisis besar dalam kehidupan masyarakat bangsa eropaa
(seperti revolusi prancis,revolusi industry,dan sebagainya),timbul kegiatan
menganalisis masalah-masalah masyarakat yang semakin di galakkan.
3. Pokok Ilmiah dari Antropologi Social dan Sosiologi
Kesimpulannya adalah perbedaan
antara antropologi dan sosiologi tidak dapat di tentukan lagi oleh perbedaan
antara masyarakat suku bangsa diluar lingkungan Eropa-Amerika dengan masyarakat
bangsa Eropa-Amerika. Kemudian kalau perbedaan itu juga tidak dapat di tentukan
oleh perbedaan antara masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan, maka
perbedaan nyata harus di cari, yaitu kedua ilmu itu memakai metode ilmiah yang
berbeda.
4. Metode Ilmiah dari Antropologi Social dan Sosiologi
Antropologi mempunyai
pengalaman yang lama dalam hal meneliti kebudayaan-kebudayaan suku bangsa
penduduk pribumi di Amerika,Asia, Afrika, dan Oseania. Suku-suku bangsa ini
biasanya hidup di dalam masyarakat-masyarakat pedesaaan yang kecil, yang dapat
di teliti dalam keseluruhannya sebagai kebulatan. Sebaliknya, ilmu sosiologi
selalu lebih memusatkan perhatian pada unsure-unsur atau gejala khusus dalam
masyarakat manusia, dengan menganalisis kelompok-kelompok social yang khusus (social grouping) hbungan antara kelompok-kelompok atau individu-individu (social relations) atau proses-proses yang terdapat dalam kehidupan suatu masyarakat (social processes).
Pengalaman dalam hal meneliti
masyarakat kecil telah member kesempatan pada para ahli antropologi untuk
mengembangkan berbagai metode penelitian yang bersifat penelitian
intensif dan mendalam misalnya dengan metode wawancara. Sebaliknya, para ahli
sosiologi yang biasanya meneliti masyarakat kompleks, lebih banyak
mempergunakan berbagai metode penelitian yang bersifat penelitian meluas,
seperti dengan metode angket.
Dunia antropologi mempunyai
pengalaman yang lama dalam hal menghadapi keragaman (diversitas) yang besar
antara beribu-ribu kebudayaan dalam masyarakat kecil yang tersebar di seluruh
muka bumi ini.
Sosiologi lebih banyak
berpengalaman dalam hal meneliti gejala masyarakat perkotaan yang kompleks dan
kurang memperhatikan sifat beragam hidup masyarakat dan kebudayaan manusia yang
menjangkau seluruh dunia.
Di samping adanya dua kompleks
metode yang mempunyai dasar-dasar yang berbeda, sebenarnya banyak metode
peneliti lain yang sekarang sudah di pakai oleh kedua ilmu itu sama. Memang,
antropologi social dan sosiologi adalah dua ilmu yang mempunyai dua kompleks
metode yang saling dapat isi-mengisi dalam proyek-proyek penelitian masyarakat
yang sama.
E. Hubungan antara Antropologi dan Ilmu-ilmu Lain
Kecuali dengan ilmu psikologi dan ilmu sosiologi seperti yang kita
lihat di atas, ilmu antropologi serta sub-subilmunya juga mempunyai hubungan
yang sangat banyak dengan ilmu-ilmu lain. Hubungan itu biasanya bersifat
timbal-balik. Antropologi perlu bantuan ilmu-ilmu lain itu, dan sebaliknya
ilmu-ilmu lain itu masing-masing juga memerlukan bantuan antropologi.ilmu-ilmu
lainitu yang terpenting di antaranya adalah :
1. Ilmu geologi
2. Ilmu paleontology
3. Ilmu anatomi
4. Ilmu kesehatan masyarakat
5. Ilmu psikiatri
6. Ilmu linguistic
7. Ilmu arkeologi
8. Ilmu sejarah
9. Ilmu geografi
10. Ilmu ekonomi
11. Ilmu hokum adat
12. Ilmu administrasi
13. Ilmu politik
F. Metode Ilmiah dari Antropologi
1. Metode Ilmiah dan Pengumpulan Fakta
Metode ilmiah dari suatu ilmu pengetahuan adalah segala cara yang
di gunakan dalam ilmu tersebut, untuk mencapai suatu kesatuan pengetahuan.tanpa
metode ilmiah, suatu ilmu pengetahuan bukanlah suatu ilmu melainkan suatu
himpunan pengetahuan saja, tentang berbagai gejala alam atau masyarakat, tanpa
ada kesadaran tentang hubungan antara gejala-gejala yang terjadi. Kesatuan
pengetahuan itu dapat di capai oleh para saarjana yang bersangkutan melalui
tiga tingkat,yaitu:
1. Pengumpilan data
2. Penentuan cirri-ciri umum dan system
3. Verifikasi
Untuk antropologi-budaya,
tingkat ini adalah pengumpulan fakta mengenai kejadian dan gejala masyarakat
dan kebudayaan untuk pengolahan secara ilmiah.
Pada umumnya, metode-metode
pengumpulan fakta dalam ilmu pengetahuan dapat di golongkan ke dalam tiga
golongan dan masing-masing mempunyai perbedaan pokok, yaitu:
(i) Penelitian di lapangan
(ii) Penelitian di laboratorium
(iii) Penelitian dalam perpustakaan
Untuk ilmu antropologi-budaya
penelitian lapangan merupakan cara yang terpenting untuk mengumpulkan
fakta-faktanya;selain itu penelitian di perpustakaan juga penting. Sedangkan
metode-metode penelitian di labiratorium (yang merupakan metode pengumpulan
fakta yang utama dalam ilmu-ilmu alam dan tegnologi), hamper tidak berarti
untuk ilmu antropologi.
2. Penentuan Cirri-ciri Umum dan Sistem
Ilmu antropologi yang bekerja
dengan bahan berupa fakta-fakta berasal dari sebanyak mungkin macam masyarakat
dan kebudayaan dari seluruh dunia, untuk mencari cirri-ciri umum di antara
beragam fakta tersebut di gunakan berbagai metode perbandingan (metode
komparatif).
Dalam ilmu-ilmu alam, penentuan
ciri-ciri umum dan system dalam fakta-fakta alam di lakukan dengan cara mencari
perumusan-perumusan yang menyatakan berbagai macam hubungan mantap antara
fakta-fakta tadi.
Mengenai kemungkinan adanya
kaidah-kaidah tentang tingkah laku manusia dalam kehidupan masyarakat itu,
masih ada beberapa anggapan yang bertentangan di antara para sarjana. Sebagian
berkata bahwa fakta-fakta mengenai tingkah laku manusia itu tidak mungkin dapat
di rumuskan ke dalam kaidah-kaidah yang mantap, sedangkan bagian lain berkata
bahwa sampai suatu batas tertentu hal itu mungkin.
Pada abad ke-19 pernah ada para
sarjana yang menganut anggapan sebaliknya yaitu bahwa ilmu-ilmu social itu
dapat merumuskan kaidah-kaidah mengenai semua gejala kehidupan masyarakat dan
kebudayaan manusia, tetapi sekarang anggapan yang seperti itu sudah berkurang
di dunia ilmiah. Anggapan yang lazim saat ini, berada di antara kedua ekstrem
tadi.pada ilmu-ilmu social, dan ilmu antropologi, sebagian besar dari
pengetahuannya bersifat “pengertian” mengenai kehidupan masyarakat dan
keudayaan. Namun ada pula pengetahuan yang berupa kaidah-kaidah social budaya.
3. verifikasi
Metode-metode untuk verifikasi
atau pengujian terdiri dari cara-cara menguji rumusan kaidah-kaidah atau
memperkuat “pengertian” yang telah dicapai, di lakukan dalam kenyatan-kenyatan
alam atau masyarakat yang hidup. Ilmu antropologi yang lebih banyak mengandung
pengetahuan berdasarkan “pengertian” dari pada pengetahuan yang berdasarkan
kaidah, mempergunakan metode-metode verifikasi yang bersifat kuantitatif.
Dengan mempergunakan metode-metode kualitatif, ilmu antropologi mencoba
memperkuat pengertiannya dengan menerapkan pengertian itu dalam kenyataan,
yaitu pada beberapa masyarakat yang hidup, tetapi dengan cara mengkhusus dan
mendalam.
Pada metode kuantitatif sering
di gunakan cara-cara untuk mengolah fakta social dalam jumlah yang besar, dan
metode itu disebut statistic. Metode statistic yang dulu memang kurang di
pergunakan dalam ilmu antropologi, sementara sekarang mulai menjadi suatu
metode analisis yang sangat penting dalam ilmu itu.
G. Tenaga Sarjana, Lembaga, Majalah, dan Prasarana Ilmu
Antropologi
1. Kehidupan Ilmiah
Suatu cabang ilmu pengetahuan dikatakan hidup apabila para ahli di
bidangnya melakukan kegiatan-kegiatan penelitian untuk memecahkan berbagai
macam masalah ilmiahnya.
Lembaga-lembaga ilmiah biasanya memberi sokongan kepada paara ahli
yang melakukan proyek-proyek penelitian, menyelenggarakan pertemuan-pertemuan
atau kongres-kongres ilmiah.tempat para penelitan dapat berjumpa untuk bertukar
fikiran, dan sering kali lembaga-lembaga itu membiayai terbitnya
majalah-majalah ilmiah. Kedua hal tersebut terakhir, yaitu kongres-kongres dan
majalah-majalah ilmiah, sangat di perlukan untuk perkembangan suatu cabang
ilmiah, karena di situlah para penelitan dapat mengumpulakn hasil-hasil
penelitiannya.dengan demikian para ahli lain dapat memeriksa kebenaran
hasil-hasil itu, atau dapat memakainya sebagai landasanuntuk mengembangkan
persoalan-persoalan dan penelitian-penelitian lebih lanjut.
+masruro sumaji
+masruro sumaji